ABU BAKAR AS-SIDDIQ


     Abu Bakar as-Siddiq merupakan Khulafaur Rasyidin pertama yang menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad saw setelah beliau wafat. Tercetus perbalahan dikalangan orang-orang Islam Khususnya antara kaum Ansar dan Muhajirin terhadap pelantikan khalifah selepas Rasulullah saw, tetapi dengan kebijaksanaan Abu Bakar dapat meredakan perbalahan. lalu abu bakar di bai’ahkan dan dilantik menjadi khalifah pertama dengan ijmak sahabat. Abu Bakar orang yang paling layak untuk menjadi khalifah pertama ketika itu, buktinya ketika tersebar berita kewafatan Rasulullah meluas di kepulauan arab. Zahir orang yang mengaku menjadi nabi dan mengumpulkan tentara untuk menentang orang-orang Islam. Ada juga yang tidak mau mengeluarkan zakat, mengugurkan sembahyangnya, mengharuskan suatu yang haram dan menghalau ramai gabenor Islam dari pada wilayah mereka.
     Tapi Abu Bakar sedikitpun tidak merasa gentar hanya dengan menghantar tentara kepelosok kepulauan Arab, dapat mengalahkan mereka dengan begitu teruk sekali dan mengembalikan keamanan dalam  masa kurang dari pada setahun. Bukan setakat itu saja bahkan beliau menghantarkan tentara ke Iraq dan Syam sehingga dapat mengalahkan Parsi dan Rom dan sekutu-sekutu mereka daripada Arab seterusnya membuku beberapa negeri di Semananjung tanah Arab. Ini semua dilaksanakan pada masa pemerintahan yang berpanjangan selama 2 tahun beberapa bulan saja ini adalah suatu masa yang pendek untuk melaksanakan pekerjaan seumpama ini. Beliau telah menyediakan jalan untuk membuka Islam kepada pemerintah selepasnya. Dengan ini nyata kebijaksanaan Rasulullah saw dalam memilih Abu Bakar sebagai pengganti baginda.
     Abu Bakar merupakan seorang yang Lemah-lembut, merendah diri dan zahid didunia. Seorang yang berpribadi sederhana, tidak tamak kepada pemerintahan dan kekayaan, bahkan beliau menanam cita-cita untuk menyebarkan Islam, menguatkan asas-asasnya dan sangat mengikuti sunnah Rasulullah saw. Beliau juga dapat menjinakkan hati orang-orang Islam secara keseluruhannya. Beliau menjadi contoh yang baik pada agama dan dunia orang Islam.
A.    Profil Abu Bakar al-Shiddiq
     Nama lengkapnya adalah Abdullah Inb Abu Quhafah al- Tamimi, merupakan khilafah pertama dari khulafaur Rasyidin, sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW.  dan salah seorang pertama yang masuk Islam (al-sabiqun al-awwalun). Abu Bakar lahir pada tahun 573 M. dari keluarga terhormat di Mekkah, dua tahun satu bulan setelah kelahiran nabi Muhammad  SAW. Masuknya Abu Bakar menjadi pengikut nabi Muhammad SAW. berpengaruh besar dalam Islam. Banyak tokoh-tokoh Quraisy yang juga segera memeluk islam. Seperti, Ustman bin Affan, Al-Zubayr, Talhah, Abdurrahman bin Auf, Sa’d ibn Waqqas, Umaeribn Masoan, Abu Ubaidillah ibn al-Jarrah, Abdullah bin Abdul As’ad, Abu Salma, Khalid bin Sa’id dan Abi Hudhaifah bin al-Mughirah.
     Abu Bakar adalah sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh Rasulullah SAW. ia merupakan pemuda yang pertama kali menerima seruan Rasulullah tanpa banyak pertimbangan. Seluruh kehidupannya dicurahkan untuk perjuangan suci membela dakwah Rasulullah. Rasulullah sangat menyayanginya sehingga, sering kali ia di tunjuk menjadi imam sholat. Saat Rasulullah hijrah ke Madinah, Abu bakar menyertainya. Kedekatan Abu Bakar dengan Rasulullah dalam perjuangan Islam ibarat Rasulullah dengan bayangannya.
Sampai akhir hayatnya, Rasulullah tidak menunjuk seseorang sebagai penggantinya. Sehingga, ketika beliau wafat, masyarakat Muslim mengalami kebingungan, kemudian terdapatlah golongan Muhajirin dan Anshar yang berusaha memilih penerus dan penggantinya sambil masing-masing memunculkan tokohnya. Walaupun, pada akhirnya kedua tokoh dari masing-masing golongan yang mengusulkan tersebut menolak sambil berkata, “tidak, kami tidak mempunyai kelebihan dalam urusan ini”. Dalam situasi yang semakin kritis, Umar bin Khatab dari golongan Muhajirin mengangkat tangan Abu Bakar seraya menyampaikan sumpah setia kepadanya dan membaiatnya sebagai khalifah. Sikap Umar ini, diikuti oleh Abu Ubaidillah dari golongan Anshar beserta tokoh-tokohnya yang hadir. Mereka menyatakan kerelaannya membaiat Abu Bakar sebagai khalifah. Itulah tonggak awal dari Abu Bakar menjadi seorang khalifah untuk menggantikan Rasulullah.
 Dan menurut sejarah, terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah pertama setelah Rasulullah, karena ada beberapa kriteria yang melekat pada diri Abu Bakar. Yaitu, ketaatan dan keimanan beliau yang luar biasa, faktor kesenioran diantara yang lain, selain itu, faktor kesetiaan dalam mengikuti dan mendampingi Rasulullah dalam berdakwah.

B.     PEMERINTAHAN ABU BAKAR
1.      Kondisi Pemerintahan Pada Masa Abu Bakar as-Siddiq
     Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah yang pertama dalam ketatanegaraan Islam merupakan salah satu refleksi dari konsep politik Islam. Memang pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama (musyawarah di balai Tsaqifah Bani Sa’idah) akan tetapi yang menjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam telah berakhir . Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah Islam dalamkeadaan krisis dan gawat. Yaitu timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan terjadinya berbagai pemberontakan yang mengancam eksistensi negri islam.
      Para nabi palsu tersebut pada umumnya menarik hati orang-orang Islam dengan membebaskan prinsip-prinsip moralis dan upacara keagamaan seperti membolehkan minum-minuman keras, berjudi, mengurangi sholat lima waktu menjadi tiga, puasa Ramadhan dihapus, penghibah pembayaran zakat dijadikan suka rela dan meniadikan batasan dalam pekawinan.
2.      Sistem Pemerintahan Pada Masa Abu Bakar as-Siddiq
     Sebagai seorang khalifah,  Abu Bakar tidak mendiamkan kekacauan  itu terus berlanjut. Beliau memandang gerakan murtad itu sebagai bahaya besar. Program pertama yang dicanangkan Abu Bakar adalah  meredam pemberontakan,  memerangi orang-orang yang membangkang tidak mau membayar zakat, orang-orang murtad yang saat itu terjadi di mana-mana dan menimbulkan kekacauan. Untuk meluruskan akidah orang-orang murtad tersebut, Abu Bakar mengirim sebelas pasukan perang ke sebelas daerah tujuan, di antaranya pasukan Kholid b’ Walid ditugaskan menundukan Thulaiha Al Asadi, Pasukan Amer bin Ash ditugaskan di Qudho’ah, Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman, dan Kholid bin Said ditugaskan ke Syam. Abu Bakar menginstruksikan agar mengajak  mereka kembali pada Islam. Beberapa dari suku itu tunduk tanpa peperangan, sementara yang lainnya tidak mau menyerah, bahkan mengobarkan api peperangan. Oleh karena itu pecahlah peperangan melawan mereka, dalam hal ini Kholid bin Walid yang diberi tugas untuk menundukan Tulaiha, dalam perang Buzaka berhasil dengancemerlang. Sedangkan Musailamah seorang penuntut kenabian yang paling kuat, Abu Bakar mengirim Ikrimah dan Surabil. Akan tetapi mereka gagal menundukan Musailamah, kemudia Abu Bakar mengutus Kholid untuk melawan nabi palsu dari Yaman itu. Dalam pertempuran itu Kholid dapat mengahacurkan pasukan Musailamah dan membunuh dalam taman yang berdinding tinggi, sehingga taman itu disebut “taman maut”. Adapaun nabi palsu yang lainnya termasuk Tulaihah dan Sajah serta kepala suku yang murtad, kembali masuk Islam. Dengan demikian, dalam waktu satu tahun semua perang Islam diberkahi dengan keberhasilan. Abu Bakar dengan para panglimanya menghancurkan semua kekuatan pengacau dan kaum murtad. Oleh karena itu, beliau tidak hanya disebut sebagai Khalifah umat Islam, tetapi juga sebagai penyelamat Islam dari kekacauan dan kehancuran.Program Abu Bakar selanjutnya memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al-Quran.
     Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil memadamkan kerusuhan kaum riddat  yang demikian luasnya dan memulihkan kembali ketertiban dan keamanan diseluruh semenanjung Arabia. Selanjutnya membebaskan lembah Mesopotamia yang didiami suku-suku Arab. Disamping itu, Jasa beliau yang sangat besar bagi kepentingan agama Islam adalah beliaumemerintahkan mengumpulkan naskah-naskah setiap ayat-ayat Al-Qur’an. Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan tiang-tiang agama Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas.     
  Adapun kesuksesan yang diraih Khalifah Abu Bakar selama memimpin pemerintahan Islam sebagai berikut:
1)      Perhatian Abu Bakar ditujukan untuk melaksanakan keinginan nabi, yanghampir tidak terlaksana, yaitu mengirimkan suatu ekspedisi dibawah pimpinan Usamah keperbatasan Syiria. Meskipun hal itu dikecam olehsahabat-sahabat yang lain, karena kondisi dalam negara pada saat itu masih labil. Akhirnya pasukan itu diberangkatkan, dan dalam tempo beberapa hari Usamah kembali dari Syiria dengan membawa kemenangan yang gemilang.

2)      Keahlian Khalifah Abu Bakar dalam menghancurkan gerakan kaum riddat ,sehingga gerakan tersebut dapat dimusnahkan,  dan dalam waktu satu tahun kekuasaan Islam normal kembali. Setelah peristiwa tersebut solidaritas Islam terpelihara dengan baik dan kemenangan atas suku yang memberontak memberi jalan bagi perkembangan Islam.


3.      Ketelitian Khalifah Abu Bakar dalam menangani orang-orang yang menolak membayar zakat. Beliau memutuskan untuk memberantas danmenundukkan kelompok tersebut dengan serangan yang gencar sehingga sebagian mereka menyerah dan kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya.

4.      Melakukan pengembangan wilayah Islam keluar Arabia. Untuk itu, Abu Bakar membentuk kekuatan dibawah komando Kholid bin Walid yang dikirim ke Irak dan Persia. Ekspedisi ini membuahkan hasil yang sangat bagus.


C.    Perekonomian Pada Masa Abu Bakar as-Siddiq
1.      Keadaan Ekonomi Pada Masa Abu Bakar Al-Shiddiq
Rasulullah wafat tanpa menunjuk pengganti dalam urusan duniawi, urusan  wahyu sudah berakhir dengan wafatnya Rasulullah pada tanggal 8 Juni 623 M. sementara, Islam masih belum mapan di tengah-tengah orang yang baru memeluknya, dan tidak mudah melupakan pengalaman masa pra-Islam mereka. Selain itu, kondisi perekonomian, khususnya perdagangan benar-benar sangat memprihatinkan setelah peperangan sebelumnya.
 Pada masa pemerintahannya yang hanya berlangsung selama dua tahun, Abu Bakar lebih banyak berkonsentrasi pada persoalan dalam Negeri. Dimana saat itu, harus behadapan dengan kelompok murtad, pembangkang zakat, dan Nabi palsu. Yang berakhir dengan keputusan untuk berperang yang kemudian dikenal dengan perang riddah, yaitu perang melawan kemutadan. Mengatasi Abu Bakar bersikap tegas memerangi mereka, dengan Khalid bi Walid sebagai pimpinan utama (633 M/11 H). peperangan yang mulanya ditujukan menumpas pembangkang, berubah menjadi penaklukan ke daerah perbatasan kerajaan Persia (Sasaniah) yang kaya. Tidak dipungkiri penaklukan itu mempunyai motif ekonomi, yaitu memperoleh gahanimah. Abu Bakar melihat upaya Kahlid merupakan pemecahan ideal walau bukan satu-satunya dalam mengatasi resesi ekonomi persemakmuran Madinah. Terakhir, Khalid atas perintah khalifah, bergabung di Palestina dengan pasukan yang dipimpin oleh Amr bin ‘Ash menghadapi pasukan Romawi (Bizantium) Khalid diangkat sebagai pimpinan, lebih banyak atas pertimbangan kemampuan militernya, bukan atas perintah dari Madinah. Pasukan gabungan ini, berjumlah kurang lebih 2.400 orang, berhasil mengalahkan pasukan Romawi di Ajnadain (634 M/13 H).
 Dalam dua tahun kekhalifaanyya, Abu Bakar berhasil melaksanakan tujuan utamanya, yaitu mengembalikan keutuhan pemerintah Madinah. Selain Mekkah, Madinah  dan wilyah sekitarnya yang sudah dikuasai Rasulullah, ia juga memperkokoh kekuasaan Islam di Yamamah, Bahrain, Aman serta memperluasnya dengan menaklukan Syam, dengan pengecualian dua  benteng Romawi di Casarea dan Palestina. Di akhir kekhalifaannya, ia tengah menunggu hasil ekspedisi pasukan yang dikirimnya ke Yarmuk, akan tetapi ia tidak sempat mendengar kemenangan Khalid dan pasukannya. Ia juga bersail mengislamkan suku-suku yang sebelumnya menentang Islam. Kegagalan Abu Bakar hanya terletak pada ketidak mampuannya mengahiri kemacetan perdagangan.
 Untuk menjalankan pemerintahannya, Abu Bakar mengangkat Zaid bin Tsabit dan ‘Usman bin Affan sebagai sekretaris pribadi. Ia mengangkat qadhi diberbagai daerah. Yaitu; Umar bin Khathtab di Madinah, .Itab bin Usaid di Makkah, ‘Usman bin Affan di Hadramaut, Ya’la bin Umayyah di Khawlan, Mu’as bin Jabal di JUnd dan al-‘Ala bin al-Hadramiy di Bahrain. Sebagai pasuka pelaksana kebijakan eksekutif dipercayakan kepada sahabat, seperti, Abu ‘Ubaidah, ‘Umar bin al-‘Ash, Khalid bin Walid dan Syurahbil Hasanah. Penaggung  jawab baitul mal adalah Abu Ubaidah bin Jaraah.
2.      Kebijakan Ekonomi Pada Masa Abu Bakar
 Dalam usaha menigkatkan kesejahteraan umat Islam, Abu Bakar melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi seperti yang telah dipraktekan Rasulullah SAW. beliau sangat memperhatikan keakuratan penghitungan zakat sehingga, tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembayarannya. Hasil pengumpulan zakat tersebut, dijadikan sebagai pendapatan dan simpanan di baitul mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum Muslimin hingga tidak ada yang tersisa.
 Seperti halnya Rasulullah, Abu Bakar juga melaksanakan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan, sebagian diberikan kepada kaum Muslimin dan sebagian lain tetap menjadi tanggungan Negara. Disamping itu, ia juga mengambil alih tanah-tanah dari orang-orang murtad untuk kemudian dimanfaatkan demi kepentingan Umat Islam secara keseluruhan.
          Dalam mendistribusikan harta baitul mal tersebut, Abu Bakar menerapkan prinsip kesamarataan, yakni memberikan jumlah yang sama kepada semua sahabat Rasulullah, dan tidak membeda-bedakan antara sahabat yang terlebih dahulu masuk Islam dengan sahabat yang kemudian masuk islam, antara hamba dengan yang merdeka, dan antara pria dan wanita. Menurutnya, dalam hal keutamaan beriman, Allah SWT. yang memberikan ganjarannya. Sedangkan, dalam masalah kebutuhan hidup, prinsip kesamaan lebih baik dari pada prinsip keutamaan.
          Namun, yang menarik dari kepemimpinan Abu Bakar adalah ketika menjelang wafatnya, Abu Bakar melakukan kebijakan internal yaitu dengan mengembalikan kekayaan pada Negara karena, melihat kondisi Negara yang belum pulih dari krisis ekonomi. Abu Bakar lebih mementingkan kondisi rakyatnya dari kepentingan individu dan keluarganya. Gaji yang selama masa kekhalifahaannya diambil dari Baitul Mal yang ketika dikalkulasi berjumlah 8000 dirham, mengganti dengan menjual sebagian besar tanah yang dimilikinya dan seluruh hasil penjualannya diberikan untuk pendanaan Negara.
Dengan demikian, selama pemerintahan Abu bakar, harta baitu mal tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama. Karena, langsung didistribusikan kepada seluruh umat Muslim. Umat Muslim mendapat manfaat sama dan tida seorangpun yang dibiarkan hidup dalam kemiskinan. Kebijakan  tersebut berimplikasi pada penigkatan aggregate supply  pada akhirnya menaikkan total pendapatan nasional, disamping memperkecil jurang pemisah antara orang-orang yang kaya dengan yang miskin.
Kesimpulan
     Abu  Bakar adalah khalifah pertama, ia orang yang palin cepat masuk Islam (al-sabiqun al-awwalun), ia menjabat sebagai khalifa selam kurun waktu dua tahun. Kondisi perekonomian khususnya perdagangan benar-benar sangat memprihatinkan setelah terjadi peperangan sebelumnya. Abu Bakar lebih banyak berkonsentrasi pada persoalan dalam Negeri. Dimana saat itu, harus behadapan dengan kelompok murtad, pembangkang zakat, dan Nabi palsu. Yang berakhir dengan keputusan untuk berperang yang kemudian dikenal dengan perang riddah, yaitu perang melawan kemurtadan.
     Abu Bakar melaksanakan bebagai kebijakan ekonomi seperti yang telah dipraktekkan Rasulullah SAW. jadi Abu Bakar hanya meneruskan tongkat estafet dari Rasulullah SAW., dan mendirikan baitul mal.

Daftar Pustaka
Ridha, Muhammad. 2002. “Kisah Abu Bakar as-Siddiq”. Bandung. Jasmin Enterprise
Yatim, Badri. 1994.  Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Azra, Azyumardi. 1997.  Ensiklopedi Islam. Jakarta: Mizan
file:///E:/abu%20bakar/perekonomian%20pada%20masa%20Abu%20Bakar%20as-Siddiq.htm


  






0 komentar:

Posting Komentar