A. Biografi
singkat khalifah Harun Ar-Rasyid
Harun
Ar-Rasyid, dilahirkan pada bulan Februari tahun 763 M di Rayy dan wafat pada tanggal 24 Maret 809 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi
bin Abu Ja’far al-Mansyur, khalifah ketiga dari Bani Abbasiyah. Ibunya bernama
Khaizuran, seorang wanita sahaya dari Yaman yang dimerdekakan oleh Al-Mahdi.
Harun ar-Rasyid memperoleh pendidikan di istana, baik pendidikan agama maupun
ilmu pemerintahan. Ia dididik oleh keluarga Barmaki, Yahya bin Khalid salah
seorang anggota keluarga Barmak yang berperan dalam pemerintahan Bani Abbasiyah,
sehingga ia menjadi terpelajar, cerdas, fasih berbicara dan berkepribadian yang
kuat.
Karena kecerdasannya, walaupun usianya masih
muda, ia sudah terlibat dalam urusan pemerintahan ayahnya. Ia pun mendapatkan
pendidikan ketentaraan. Pada masa pemerintahan ayahnya, Harun ar-Rasyid
dipercayakan dua kali memimpin ekspedisi militer untuk menyerang Bizantium
(779-780) dan (781-782) sampai ke pantai Bosporus. Ia didampingi oleh para
pejabat tinggi dan jenderal veteran. Sebelum menjadi khalifah, ia pernah
memegang jabatan gubernur selama dua kali, di as-Saifah pada tahun 163 H
\779 M dan di Magribi pada tahun 780 M. Setelah sempat dua kali menjadi
gubernur, pada tahun 166 H/782 M Khalifah Al-Mahdi mengukuhkannya menjadi putra
Mahkota untuk menjadi khalifah sesudah saudaranya, Al-Hadi, dan setelah
pengukuhannya empat tahun kemudian yakni tepatnya pada tanggal 14 September 786
M Harun ar-Rasyid memproklamirkan diri menjadi khalifah, untuk menggantikan
saudaranya yang telah wafat.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid
didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya. ia pun mengangkat Yahya
bin Khalid sebagai wazir (perdana menteri) untuk menjalankan roda
pemerintahan dengan kekuasaan tidak terbatas. Dan menyerahkan urusan rakyat kepada
Yahya bin khalid.
Pribadi
dan akhlak Harun ialah ia suka bercengkrama, alim dan sangat dimuliakan. Ia
tidak pernah menyia-nyiakan kebaikan orang kepadanya dan tidak pernah menangguh-nangguhkan
untuk membalasnya. Beliau menyukai syair dan para penyairnya serta gemar
tokoh-tokoh sastra dan fikih, malah beliau sangat menghormati dan merendahkan
diri kepada alim ulama. Namun Demikian, ia pun sangat mencintai isterinya
sehingga kalau ada yang berbuat salah pada isteri dan pembantu-pembantunya maka
orang tersebut akan mendapat hukuman. Diantara sifat-sifat Harun Ar-rasyid yang
paling menonjol adalah beliau lebih mengutamakan akal daripada emosi, kalau
marah beliau begitu garang dan menggeletar seluruh tubuh dan kalau memberi
nasihat beliau menangis terseduh-seduh.
B.
Kekhalifahan Harun Ar-Rasyid
Akibat
dari masuknya pengaruh asing dalam dunia Islam, maka telah berubah bentuk
pemerintahan dari bentuk demokrasi menjadi absolut. ini mulai terasa pada masa
Bani Umayyah dan semakin menjadi nyata pada masa Bani Abbasiyah. Konsep
pemikiran yang dianut oleh Bani Abbas adalah bahwa pemimpin memperoleh hak
memerintah dari Allah, bukan dari manusia karena itu penguasa hanya bertanggung
jawab kepada Tuhan.
Para khalifah dalam pemerintahan Bani Abbas,
menduduki tahta kerajaan berdasarkan keturunan (atau sering kita sebut dengan
sistem monarki). Begitu juga pada diri Harun, ia menjadi khalifah karena
ayahnya seorang khalifah dan juga pengganti beliau adalah anak keturunannya.
Peranan sang khalifah yang pada dasarnya sebagai Amir al-Mu’minin tetap
dijalankan.
Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah Abbasiyah.
Beliau diangkat menjadi khalifah pada September 786 M, pada usianya yang sangat
muda yaitu 23 tahun. Jabatan khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang
menjabat khalifah Musa Al-Hadi wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan,
Harun Ar-Rasyid didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya. Dan Daulah
Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid,
seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan
dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak
membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya
untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi
dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan
bantuan.
Pada masa itu,
Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya
di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai
wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush,
India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa. banyak nasihat
dan anjuran kebaikan mengalir dari Yahya dan Abunawas kepada Haru Ar-rasyid.
Hal ini yang dapat membentengi Khalifah Harun Ar-Rasyid dari
perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam. Suasana negara
yang aman dan damai membuat rakyat menjadi tenteram. Bahkan pada masa
pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan
zakat, infak dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya merata. Di
samping itu, banyak pedagang dan saudagar yang menanamkan investasinya pada
berbagai bidang usaha di wilayah Bani Abbasiyah pada masa itu.
Setiap orang merasa aman untuk
keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang minim. Kaum terpelajar
dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di negeri yang
luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah
sakit, dan sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa itu.
Khalifah Harun Ar-Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku
berbahasa asing ke dalam bahasa Arab, karena Bahasa Arab ketika itu merupakan
bahasa resmi negara dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi,
dan bahkan menjadi alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua
pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab.
Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia
di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M setelah menjadi khalifah
selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, ia meninggal
saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat meninggal usianya
45 tahun, bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri yang
bernama Shalih.
Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu
benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih dan adil, sehingga tak
seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan
mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.
C. Kemajuan
yang dicapai Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid
Berangkat
dari sikap ingin mensejahterakan rakyat maka apapun ia berikan. Keadaan aman ia
berikan sehingga membuat para pedagang, saudagar, kaum terpelajar dan jamaah
dapat melakukan perjalanan di seluruh wilayah kerajaannya yang sangat besar.
Masjid, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah, rumah sakit, toko obat, jembatan
dan terus-terusan dibangunnya, memperlihatkan hasratnya yang besar untuk
kesejahteraan rakyatnya.
Untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat dan Negara Harun ar-Rasyid memajukan ekonomi, perdagangan
dan pertanian dengan sistem irigasi. Kemajuan sektor-sektor ini menjadikan
Bagdad, ibu kota pemerintahan Bani Abbas, sebagai pusat perdagangan terbesar
dan teramai di dunia. Pada saat itu, banyak terjadi pertukaran barang serta
valuta dari berbagai penjuru. Dengan demikian, negara banyak memperoleh
pendapatan dari kegiatan perdagangan tersebut lewat sektor pajak sehingga
negara mampu membiayai pembangunan sektor-sektor lain.
Gedung-gedung yang megah, sarana peribadatan, pendidikan,
kesehatan juga sarana perdagangan mulai dibangun di kota Bagdad. Tidak lupa, ia
membiayai pengembangan ilmu pengetahuan dibidang penerjemahan dan penelitian.
Negara mampu memberikan gaji yang tinggi kepada ulama dan ilmuwan. Di samping
pembangunan untuk masyarakat juga didirikan beberapa istana yang mencerminkan
kemewahan waktu itu, salah satunya adalah istana al-Khuldi.
v Di
bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Harun ar-Rasyid
memperbesar departemen studi ilmiah dan penerjemahan yang didirikan kakeknya,
Al-Mansur. Kemurahan hati ar-Rasyid, para menteri dan anggota istana yang
berbakat terutama keluarga Barmak, yang saling berlomba membantu ilmu
pengetahuan dan kesenian, membuat Baghdad menjadi pusat yang menarik
orang-orang terpelajar dari seluruh dunia. Salah satu perkara penting yang menjadikan
Harun ar-Rasyid begitu masyhur ialah naungannya atas ilmu dengan mendirikan
“Baitul Hikmah” yang merupakan suatu institusi kebudayaan dan pikiran yang
cemerlang ketika itu yang telah merintis jalan kearah kebangkitan Eropa.
* Di
bidang Kesusasteraan
Yang telah menjadikan khalifah Harun ar-Rasyid
termasyhur dan terkenal ialah melalui buku Seribu Satu Malam, yang telah
menduduki tempat paling atas di bidang kesusasteraan dunia. Buku ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa dunia
* Di
bidang hubungan Luar Negeri
Khalifah telah menjalin hubungan diplomatik
dengan beberapa negara di timur dan barat. Dialah khalifah pertama yang
mene-rima para duta besar di istananya. Seperti duta besar yang diutus kaisar
Cina dan penguasa Perancis, Charlemagne. Kepada penguasa Perancis ia memberikan
sebuah jam yang buat masyarakat barat katika itu masih merupakan barang yang
aneh.
* Di
bidang Kesehatan
Khalifah mendirikan
rumah sakit lembaga pendidikan dokter dan farmasi, pada masa itu sudah terdapat
paling tidak sekitar 800 orang dokter.
*. Kemunduran dan Kehancuran Kekhalifahan Harun
ar-Rasyid
Secara umum, ada dua
hal yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran kekhalifahan Harun ar-Rasyid,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Semenjak awal pemerintahan
Ar-Rasyid, problema suksesi menjadi sangat kritis. Ia telah mewasiatkan tahta
kehalifaan kepada putranya yang bernama al-Amin dan kepada putranya yang lebih
tua bernama al-Ma’mun seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat
tahta khilafah sepeninggalan saudaranya.
Al-Amin adalah anak lelaki
dari Subaidah dan Al-Ma’mun ialah anak dari istrinya yang bernama Marajil,
seorang hamba sahaya.. Harun ar-Rasyid sangat menyayangi isterinya yang bernama
Zubaidah, bahkan ternyata kedudukan isterinya ini setara dengan jabatan
khalifah di sisi Harun ar-Rasyid. Atas desakan Zubaidah dan dukungan dari
golongan Barmaki yang mendesak agar Al-Amin segera dilantik yang kelak
mengganti kedudukan beliau, maka pada tahun 175H / 791 M. Muhammad resmi
dilantik menjadi putra mahkota.
Khalifah menyadari bahwa
kebijakannya dalam perkara ini adalah suatu kebijakan yang gagal dan akan
membawa pada perpecahan dan pertumpahan darah. Oleh karena itu, ia pun
mengambil langkah-langkah. Langkah yang paling menonjol yang ditempuhnya untuk
menghindari angkara dari anak-anaknya dan menyelamatkan kaum muslim dari suatu
keadaan kacau balau yang buruk, beliau melakukan ibadah haji. Di Makkah beliau
menulis surat masing-masing berisi pengakuan dari dan kepada kedua anaknya, dan
digantungnya di ka`bah, tetapi ternyata kebijakan yang dijalankanya bukan
merintis pada perdamaian antara saudara bahkan sebaliknya telah menjadikan
perselisihan dan sengketa yang amat buruk di antara Al-Amin dan Al-Ma`mun
setelah ayahnya meninggal dunia. Sengketa ini telah mengorbankan beribu-ribu
jiwa kaum muslim termasuk Al-Amin sendiri.
2.
Faktor
Eksternal
Adapun yang menjadi faktor eksternal adalah:
a. Pengangkatan
Ibrahim bin Aqlab sebagai Gubernur turun temurun (800), yang kemudian menjadi
Dinasti Aqlabiah, di Afrika Utara (Magribi).
b. Pemberontakan
Rafi’ul al-Laish yang baru dapat dipadamkan pada masa Al-Ma’mun.
E. Wafatnya
sang khalifah
Pada perjalanan untuk menumpas kaum
pemberontak di Khurasan, Harun ar-Rasyid tertimpa penyakit dan terpaksa
berhenti bersama rombongan di desa Sanabat di dekat Tus, dan
ditempat ini pula beliau meninggal dunia, tepatnya pada tanggal 4 Jumaditsani,
193 H /809 M.
Kejayaannya memimpin Dinasti Abbasiyah selama 23 tahun 6
bulan menyebabkan Amer Ali memberi penghormatan terhadap Pemerintah ar-Rasyid
yang cemerlang tersebut dengan kata-kata berikut: “Nilailah dia seperti yang
Anda sukai dalam ukuran kritik sejarah“ Harun ar-Rasyid senantiasa akan
disejajarkan dengan raja dan penguasa terbesar di dunia.
4.1 Kesimpulan
Harun
ar-Rasyid telah mengangkat popularitas Bani Abbasiyah bahkan juga dunia Islam
untuk mencapai puncaknya melalui peningkatan kesejahteraan kehidupan rakyat dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan, serta hubungan diplomatik
dengan negara luar.
Adapun sebab mundurnya kekhalifahan ini dapat
dilihat dari dua faktor, yaitu faktor internal seperti suksesi pengangkatan
putra mahkota dan faktor eksternal yakni di beberapa daerah terjadi
pemberontakan serta berdirinya beberapa dinasti baru yang sebelumnya merupakan
daerah yang masuk dalam wilayah pemerintahan Harun ar-Rasyid.
5.1 Saran
Semoga makalah yang saya susun ini dapat
bermamfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan dapat menambah khanazah keilmuan
kita semua. Amin.
Kritik dan saran
dari pembaca sangat saya butuhkan untuk bisa menyempurnakan penyusunan makalah
yang saya susun dikemudian hari.
BAB
III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Harun
ar-Rasyid telah mengangkat popularitas Bani Abbasiyah bahkan juga dunia Islam
untuk mencapai puncaknya melalui peningkatan kesejahteraan kehidupan rakyat dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan, serta hubungan diplomatik
dengan negara luar.
Adapun sebab mundurnya kekhalifahan ini dapat
dilihat dari dua faktor, yaitu faktor internal seperti suksesi pengangkatan
putra mahkota dan faktor eksternal yakni di beberapa daerah terjadi
pemberontakan serta berdirinya beberapa dinasti baru yang sebelumnya merupakan
daerah yang masuk dalam wilayah pemerintahan Harun ar-Rasyid.
5.1 Saran
Semoga makalah yang saya susun ini dapat
bermamfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan dapat menambah khanazah keilmuan
kita semua. Amin.
Kritik dan saran
dari pembaca sangat saya butuhkan untuk bisa menyempurnakan penyusunan makalah
yang saya susun dikemudian hari.
BAB
III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Harun
ar-Rasyid telah mengangkat popularitas Bani Abbasiyah bahkan juga dunia Islam
untuk mencapai puncaknya melalui peningkatan kesejahteraan kehidupan rakyat dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan, serta hubungan diplomatik
dengan negara luar.
Adapun sebab mundurnya kekhalifahan ini dapat
dilihat dari dua faktor, yaitu faktor internal seperti suksesi pengangkatan
putra mahkota dan faktor eksternal yakni di beberapa daerah terjadi
pemberontakan serta berdirinya beberapa dinasti baru yang sebelumnya merupakan
daerah yang masuk dalam wilayah pemerintahan Harun ar-Rasyid.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad,
Jamil. 1996. Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus
Lafidus,
M. Ira. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam. Cet. II. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Yatim,
Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
0 komentar:
Posting Komentar