Islam Masuk Ke China
·
Sejarah islam masuk ke china sumber ke satu
Orang China mengenal Islam dengan
sebutan Yisilan Jiao yang berarti ‘agama yang murni’. Masyarakat Tiongkok
menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran ‘Ma-hia-wu’ (Nabi
Muhammad SAW).
§ Sejarah Masuknya Islam di
China
Ajaran Islam pertama kali tiba di China pada sekitar
tahun 615 M. Yaitu Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Sa’ad
bin Abi Waqash untuk membawa
ajaran Allah ke daratan China (Konon, Sa’ad meninggal dunia di Cina
pada tahun 635 M, dan kuburannya dikenal sebagai Geys’
Mazars).
Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar
Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar ini, kemudian memerintahkan pembangunan Masjid
Huaisheng atau masjid Memorial di Kanton, yang merupakan masjid pertama di daratan Cina.
Ketika Dinasti Tang berkuasa, China tengah mencapai masa keemasan,
sehingga dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.
Di dalam kitab sejarah Cina, yang berjudul Chiu
T’hang Shu diceritakan Cina pernah mendapat kunjungan
diplomatik dari orang-orang Arab. Orang-orang Arab ini, merupakan duta dari Amirul Mukminin, yang
ke-3 (Khalifah Utsman bin Affan). Sementara itu, Buya HAMKA didalam bukunya
Sejarah Umat Islam menulis, pada tahun 674M-675M, Cina kedatangan salah seorang
sahabat Rasulullah, Muawiyah bin Abu
Sufyan (Dinasti Umayyah),
bahkan disebutkan setelah kunjungan ke negeri Cina, Muawiyah melakukan
observasi di tanah Jawa, yaitu dengan mendatangi kerajaan Kalingga.
Berdasarkan catatan, diperoleh informasi, pada masa Dinasti Umayyah ada 17 duta muslim datang ke China, sementara di masa Dinasti Abbasiyah dikirim sebanyak 18 duta.
·
Sejarah Islam Masuk Ke
China Sumber Ke 2
Pada
awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di China adalah para saudagar dari Arab
dan Persia. Orang China yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui
Chi. Ketika Dinasti
Song bertahta, umat Muslim telah menguasai industri ekspor
dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara
konsisten dijabat orang Muslim.
Pada tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim dari Bukhara untuk tinggal di China. Tujuannya untuk membangun zona penyangga antara China dengan Kekaisaran Liao di wilayah Timur Laut.
Orang-orang Bukhara itu lalu menetap di daerah antara Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin Pangeran Amir Sayyid alias ‘So-Fei Er’, yang kemudian dikenal sebagai `bapak’ komunitas Muslim di China.
Ketika Dinasti Mongol Yuan (1274 M -1368 M) berkuasa, jumlah pemeluk Islam di China semakin besar. Mongol, sebagai minoritas di China, memberi kesempatan kepada imigran Muslim untuk naik status menjadi China Han. Sehingga pengaruh umat Islam di China semakin kuat. Ratusan ribu imigran Muslim di wilayah Barat dan Asia Tengah direkrut Dinasti Mongol untuk membantu perluasan wilayah dan pengaruh kekaisaran.
Bangsa Mongol menggunakan jasa orang Persia, Arab dan Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada waktu itu, banyak Muslim yang memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan. Para sarjana Muslim mengkaji astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para arsitek Muslim juga membantu mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq (Sumber : Sejarah Islam di Negeri Tirai Bambu ).
Pada masa kekuasaan Dinasti
Ming, Muslim
masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti
Ming, Zhu
Yuanzhang adalah jenderal Muslim terkemuka, ada lagi Lan
Yu Who, sekitar tahun 1388, Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan
Mongolia. Selain itu, di masa Kaisar Yong Le (Zhu Di) muncul seorang pelaut Muslim yang handal, yang bernama Laksamana
Cheng Ho.
Islam sampai ke Cina pada masa Thai Zhang (628 - 649 M), Kaisar ke-II pada Dinasti Tang. Pada tahun 651 M, sejumlah besar kaum muslimin berdatangan ke Cina bersamaan dengan menetapnya pedagang-pedagang Arab di beberapa daerah pesisir selatan, terutama di daerang Qhuang Dong. Populasi kaum muslimin kian bertambah dan mulai menampakkan perannya pada masa Dinasti Sung, di mana beberapa ilmu keislaman menampakkan kegemilangannya, di samping mulai terkenalnya ilmu kedokteran, astronomi, matematika dan optik.
Bersamaan dengan runtuhnya Dinasti Ming, kaum
muslimin kehilangan sebagian besar kedudukan mereka, bahkan mereka menerima
siksaan pada masa kekaisaran Dinasti Manchu hingga berdirinya negara Republik
Rakyat Cina oleh Dr. Shin Yat Sun pada awal Januari 1912 M.
Setelah runtuhnya Dinasti Ming, Islam masuk ke
pulau Taiwan. Jumlah penduduk muslim di pulau tersebut kian bertambah dengan
berdatangannya orang-orang dari daratan Cina pada tahun 1945 M dan berkuasanya
orang-orang komunis di pusat.
Pada tahun 1949 M, pulau ini menjadi tujuan hijrah bagi orang-orang yang menolak aturan komunis, sebagian besar dari mereka terdiri dari pegawai-pegawai pemerintahan dan tentara. Saat ini (tahun 2002), jumlah kaum muslimin di Taiwan sekitar 60.000 jiwa, mayoritas menetap di Taipeh, mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dan mendirikan shalat di masjid-masjid yang ada di sana. Masjid Taipeh adalah masjid terbesar di Taiwan, masjid ini didirikan pada tahun 1960 M atas bantuan pemerintah dan beberapa negara Arab dan Islam.
Keadaan kaum muslimin Taiwan sama seperti warga
Taiwan lainnya yang tidak menderita kemiskinan, mereka semua tergolong warga
yang berpenghasilan menengah atau yang berpenghasilan tinggi. Karenanya, mereka
mengkhususkan penyaluran zakat untuk pemeliharaan dan pembinaan anak-anak kecil
dan pemuda agar dapat mempelajari dasar-dasar agama Islam dan menghafal
al-Quran, di samping untuk pembiayaan penyelenggaraan beberapa seminar,
kamp-kamp dakwah dan penertiban kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan keilmuan.
Kaum muslimin Taiwan dapat melakukan
kegiatan-kegiatan mereka dengan kebebasan penuh, karena semua agama dan
kepercayaan diberikan kebebasan dan penghormatan, bahkan dapat hidup
berdampingan dengan serasi dan toleransi. Pada bulan Ramadhan, kaum muslimin
menyelenggarakan jamuan-jamuan berbuka di setiap masjid dan mereka juga
berantusias dalam menunaikan shalat Tarawih. Di samping itu, Chinese Islamic
Association (Organisasi Islam Cina/OIC) mengadakan penyelenggaraan ibadah haji.
Organisasi ini juga berusaha menyebarkan dan memperkuat pendukung-pendukung
Islam melalui berbagai sarana. Organisasi ini mengajak masyarakat memeluk Islam
dan menyebarkan bulletin-bulletin dan buku-buku Islami secara cuma-cuma di
semua masjid Taiwan, serta menjalankan kewajiban-kewajiban agama lainnya sesuai
dengan syariat Islam.
Secara berangsur-angsur kaum muslimin mengirim
beberapa pelajar untuk mempelajari ilmu-ilmu syariat di beberapa negara Islam
seperti Arab Saudi, Mesir dan Libya. Dan hasilnya, saat ini sebagian besar imam
masjid terdiri dari lulusan-lulusan tersebut, bahkan sebagian dari
pelajar-pelajar tersebut memperoleh nilai yang tinggi pada ijazah mereka.
Kegiatan mereka tidak hanya sebatas kegiatan-kegiatan keagamaan saja, melainkan
mereka juga menyelenggarakan berbagai kegiatan keilmuan yang beraneka ragam dan
mereka telah mencetak beberapa buku tentang sirah, hadis nabawi, aqidah dan
rukun Islam. Semua ini menciptakan kehidupan baru bagi masyarakat muslim di
Taiwan.
Setelah menjadi bangunan yang memiliki pengaruh
di tahun lalu, masjid Taipeh banyak dikunjungi oleh para peziarah, khususnya
dari para pelajar beberapa sekolah dan universitas. Para peziarah tersebut
menerima penjelasan ringkas tentang Islam dan sejarah kemunculannya di Cina.
Penjelasan-penjelasan ini mendapatkan respon positif, hal ini terbukti dengan
diumumkannya keislaman beberapa orang dari mereka.
Termasuk kegiatan-kegiatan OIC adalah memperhatikan segala problematika kaum muslimin dan mengusahakan bantuan-bantuan yang bersifat mendesak untuk mereka berlandaskan firman Allah SWT "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara", karenanya kaum muslimin tidak merasa termarjinalkan dengan pengasingan dan pengumbaran di Taiwan. (IINA)
Sumber : http://blogomasupartana.blogspot.com/2012/05/islam-masuk-ke-china-dari-berbagai.html#ixzz2UgyfNemG
ok banget
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, semoga bermamfaat :)
BalasHapus